Bahan-Bahan
Beracun yang Biasa Ditambahkan ke dalam Makanan
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan
pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk
maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu
dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk
mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses
pengolahan. Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan
yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak
menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Namun saat ini
industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis), dikarenakan zat aditif
alami semakin berkurang jumlahnya seiring dengan pertambahan jumlah manusia.
Zat aditif sintetis bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang
kemudian direaksikan. Zat aditif
sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping misalnya:
gatal-gatal, dan kanker.
Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat memperbaiki kualitas atau gizi makanan, membuat makanan tampak lebih
menarik, meningkatkan cita rasa makanan, dan membuat makanan menjadi lebih
tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk. Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat
yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan makanan
berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan
bercampur dengan makanan. Zat aditif makanan dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu zat aditif yang berasal dari sumber
alami, seperti lesitin dan asam sitrat. Serta zat aditif sintetik dari bahan
kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan
kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat. Berdasarkan fungsinya, baik
alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna,
pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Zat aditif dalam produk makanan biasanya
dicantumkan pada kemasannya.
1. Zat Pewarna
Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan
terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk
memakannya. Zat pewarna yang biasa digunakan sebagai zat aditif pada makanan
adalah Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu,
misalnya warna hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit,
seperti ditunjukkan pada Gambar 8.9, warna cokelat dari buah cokelat, warna
merah dari daun jati, dan warna kuning merah dari wortel. Karena jumlah pilihan
warna dari zat pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya menyintesis zat
pewarna yang cocok untuk makanan dari bahan-bahan kimia. Sedangkan zat pewarna sintetik,
dibuat dari bahan-bahan kimia. Dibandingkan
dengan pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu
memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama.
zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam
tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker).
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan
menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat
larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran,
pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang
dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air
maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh
terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.
2. Zat Pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan
minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pemanis alami. Pemanis
ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu,
zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis
alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami
secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan.
Zat pemanis buatan atau sintetik. Pemanis buatan tidak dapat dicerna
oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena
itu, orangorang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus)
biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh
pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat,magnesium siklamat,
kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Pemanis buatan memiliki tingkat
kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garam-garam siklamat
memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun,
kemanisan garam natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali
dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.
Zat pemanis buatan yang dikonsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi
kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan
rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung
kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh
dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa
yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa
gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.
3. Zat Pengawet
Zat pengawet adalah zat-zat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan
dan minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya
tidak berubah, atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau
terkena bakteri/ jamur. Karena penambahan zat aditif, berbagai makanan dan
minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka waktu tertentu, mungkin seminggu,
sebulan, setahun, atau bahkan beberapa tahun. Dalam makanan atau minuman yang
dikemas dan dijual di toko-toko atau supermarket biasanya tercantum
tanggal kadaluarsanya, tanggal yang menunjukkan sampai kapan makanan atau
minuman tersebut masih dapat dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan.
Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan
menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan. Zat pengawet alami berasal
dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan
(manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.
Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari
bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan
natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue
kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai
untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain,
yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar
tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa
minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.
Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang
tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud,
di antaranya formalin yang biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti
mayat atau binatang yang sudah mati. Pemakaian pengawet formalin untuk
mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya
dapat menimbulkan risiko kesehatan. Selain formalin, ada juga pengawet yang
tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang dimaksud
adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam
menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat
memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh
dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri
kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu,
dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya: gangguan
pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit; gejala pendarahan di lambung dan
gangguan stimulasi saraf pusat; terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan menyebabkan kematian jika ginjal mengandung
boraks sebanyak 3–6 gram.
Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat
aditif makanan, di negara maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang
memakai pengawet sintetik. Hal ini telah mendorong perkembangan ilmu dan
teknologi pengawetan makanan dan minuman tanpa penambahan zat-zat kimia,
misalnya dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon, atau pemanasan pada
suhu yang sangat tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan dapat disterilkan
tanpa merusak kualitas makanan.
Macam-macam
Zat Pengawet
·
Zat aditif yang dapat mencegah
atau menghambat oksidasi:
a.
Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan, kecap,
acar ketimun dalam botol dan caos.
b.
Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju.
c.
Natrium nitrit (Na No2), untuk daging olahan, daging awetan dan kornet
kalangan.
d.
Asam propionate, untuk roti dan sediaan keju olahan.
5.
Anti oksidan
·
Zat aditif yang dapat membantu pembentukan
atau pemantapan sistem dispersi yang homogen pada makanan.
a.
Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada
daging olahan, kaldu, dan buah kalangan.
b.
Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan
c.
Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan,
margarin dan mentega.
·
Zat aditif yang dapat
mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga dapat memperbaiki
mutu pemanggangan. Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat
·
Zat aditif yang dapat
mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga dapat memperbaiki
mutu pemanggangan. Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium broma
· Zat aditif yang dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh:
aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja)
·
Zat aditif yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh:
aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat (pada
buah kalangan)
·
Sekuestran adalah bahan yang
mengikat ion logam yang ada dalam makanan. Contoh: asam
fosfat (pada lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim), kalsium
dinatrium EDTA dan dinatrium EDTA
·
Zat aditif yang ditambahkan
adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk memperbaiki gizi makanan. Contohnya:
Asam askorbat, feri fosfat, vitamin A, dan vitamin D.
4. Zat Penyedap Rasa
Zat penyedap rasa alami berasal dari
rempah-rempah yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa makanan seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan
masih banyak lagi yang lain. ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan
kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
a.
oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk
jika dicampur dengan zat penyedap ini.
b.
etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas
pada makanan.
c.
amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang.
d. amil valerat, jika
makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah
apel.
Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan
di atas, terdapat pula zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam
berbagai jenis masakan, yaitu penyedap rasa monosodium glutamat (MSG). Zat ini
tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka akan menghasilkan
rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah menyebabkan “Chinese
restaurant syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan di mana kepala terasa
pusing dan berdenyut. Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir
dulu. Kecurigaan ini masih bersifat pro dan kontra. Bagi yang mencoba
menghindari untuk mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan yang
mencantumkan label “tidak mengandung MSG” dalam kemasannya.
Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat alami
memiliki lebih dari satu fungsi. Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai
zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami tersebut tidak hanya
berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain
adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan
sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan.
Terimakasih Artikel WASPADA Bahan yang Biasa Ditambahkan ke dalam Makanan nya sangat bagus dan membantu sekali, semoga sukses selalu yaa .. Aamiin
BalasHapusSalam Kue Kering Keju
terimakasih coment nya semoga bisa membantu
BalasHapuswah banyak sekali yah ternyata, makasih infonya
BalasHapustolak angin bebas gula