24 April 2013

Apa itu Taksonomi Tanah....?




Taksonomi Tanah

Sistem taksonomi tanah mulai dikenal mulai tahun 1951 dan mulai dikembangkan oleh USDA (United State Department of Agriculture) yang dikenal dengan seventh approximation dan sejak tahun 1975 dikenal dengan soil taxonomy . Sistem ini bersifat alami yang berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur (morfometrik) dipengaruhi oleh faktor genesis Berdasarkan ada/tidaknya horizon diagnostik atau penciri dan sifat penciri profil lainnya, maka taksonomi tanah dibedakan menjadi 6 ketegori, yaitu :

  1. ·         Ordo
  2. ·         Subordo
  3. ·         Greatgroup
  4. ·         Subgroup
  5. ·         Famili
  6. ·         Series
Katagori tertinggi terdiri dari 10 ordo tanah, tetapi pada tahun 1985 ada penambahan satu ordo tanah yaitu andisols. Dan pada tahun 1998 ada penambahan satu ordo lagi yaitu gelisols. Dua belas ordo tanah tersebut selanjutnya dibedakan menjadi kategori yang lebih rendah yaitu sub ordo, greatgroup, dan yang cukup besar yaitu subgroup.

1.      Ordo

Ordo sebagian besar berdasarkan atas morfologi, akan tetapi genesa tanah merupakan faktor landasan. Suatu ordo tertentu mencakup tanah yang sifatnya menunjukan bahwa mereka tidak begitu berbeda dalam pembentukannya. Misalnya, tanah dari ordo Aridisol (Latin Aridus : kering ; dan Solum : tanah) adalah ciri tempat kering. Jadi nama ordo itu, kombinasi dari unsur pembentukan yang secara garis besar menentukan ciri tanah dan akhirannya sol.
Menurut Hardjowigeno (1992)terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975, yaitu:
  • Alfisol 
  • Aridisol
  • Entisol
  • Histosol
  • Inceptisol
  • Mollisol
  • Oxisol
  • Spodosol
  • Ultisol
  •  Vertisol

2.      Subordo

Ialah bagian dari ordo yang menekankan homogen genesa. Jadi kebasahan lingkungan iklim dan vegetasi merupakan ciri yang menentukan sub ordo tempat tanah terdapat. Nama subordo dengan sendirinya menentukan ordo dari mana tanah itu berasal. Kriteria pembeda yang digunakan untuk kategori ini bervariasi untuk setiap ordo. Ada beberapa tetapi dipilih sedemikian rupa sehingga untuk setiap subordo dikelompokkan yang mempunyai homogenitas terbesar. Kriteria pembeda terutama adalah sifat kimia dan fisika yang merupakan refleksi perbedaan genesis.
Sebagai contoh: tanah dari subordo aquoll ialah tanah basah (aqua= air) dari ordo
Mollisol.

3.  Greatgroups

Pengelompokkan dalam kategori greatgroup didasarkan atas ada tidaknya horizon diagsnostik dan susunan horizon yang terbentuk dalam pedon. Pembeda dalam kategori graet group adalah sifat-sifat tanah sebagai berikut :
-          Macam, penyusunan, aras yang ditunjukkan horizon.
-          Regim, kelengasan dan temperatur
-          Status basa.
Nama greatgroups dengan menambahkan awalan satu atau lebih unsur formatif sesuai dengan nama subordo. Contoh : udipsamment, ustipsament, memasukkan kriteria iklim dengan greatgroup.

4.      Subgroup

Subgroup merupakan bagian dari jenis. Pengertian khusus atau sentral dari jenis merupakan satu subgroup (typic khusus).
Ada tiga macam subgroup yang umum diketahui yaitu:
- sesuai dengan konsep utama great groups yang tidak perlu yang paling intensif.
- Tanah-tanah yang merupakan intregades atau transisi terhadap ordo, subordo,   greatgroups yang lain.
- tanah-tanah ekstragrades yang mempunyai sifat tidak sama dengan greatgroups tetapi tidak mempunyai indikasi sebagai transisi terhadap jenis tanah yang lain (tanah yang memiliki epipedon molik yang sangat tebal).

5. Families

Pengelompokan lahan di dalam suatu famili berdasarkan ada atau tidaknya persamaan sifat fisik dan sifat kimia yang mempengaruhi tanah. Kategori famili memungkinkan pengelompokan anggota subgroup yang mempunyai ciri kemiripan biasa seperti terkstur, kandungan mineral pH, suhu tanah dan kedalaman tanah. Namun kategori famili masih belum ditentukan dengan tegas dan menanti pengujian lebih lanjut. Tetapi pada umumnya mereka menentukan kelompok seri tanah yang mempunyai kesamaan dalam tekstur dan komposisi mineral serta dalam suhu tanah..

6. Series

Series ialah suatu kumpulan tanah individu yang dapat dibedakan secara khusus berdasarkan ciri-ciri dalam pengaturan horizon. Nama seri tanah mempunyai arti setempat karena mereka menentukan tempat khusus dimana tanah tersebut terdapat. Jadi nama seperti Forst Collins dan Cecil dipakai dipakai untuk menentukan seri tanah. Contohnya debu Forst Collins dan liat Cecil.

Contoh taksonomi tanah

Tanah pada daerah pertambangan
ent = Entisol, termasuk dalam tingkatan ordo
orth = Orthents , termasuk dalam tingkat sub ordo
Ud = Udorten, termasuk dalam tingkat Greatgroups
Typic = Typic digunakan pada subgroup yang melambangkan konsep utama great group.
frigid = suhu dingin
acid = pH < 4.0
mixed = campuran mineral dari material tanah
skeletal = lebih besar dari  35% bagian batuan di tanah
Loamy = klasifikasi tekstur menurut sistem USDA yaitu termasuk dalam tekstur lempung.



WASPADA Bahan yang Biasa Ditambahkan ke dalam Makanan (ZAT ADIKTIF)



Bahan-Bahan Beracun yang Biasa Ditambahkan ke dalam Makanan
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan. Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Namun saat ini industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis), dikarenakan zat aditif alami semakin berkurang jumlahnya seiring dengan pertambahan jumlah manusia. Zat aditif sintetis bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping misalnya: gatal-gatal, dan kanker.
Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat memperbaiki kualitas atau gizi makanan, membuat makanan tampak lebih menarik, meningkatkan cita rasa makanan, dan membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk. Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan makanan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan bercampur dengan makanan. Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat. Serta zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat. Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Zat aditif dalam produk makanan biasanya dicantumkan pada kemasannya.
1. Zat Pewarna

Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang biasa digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, seperti ditunjukkan pada Gambar 8.9, warna cokelat dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna kuning merah dari wortel. Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan dari bahan-bahan kimia. Sedangkan zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia. Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama. zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker).
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.

2. Zat Pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pemanis alami. Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan.
Zat pemanis buatan atau sintetik. Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orangorang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat,magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garam-garam siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.
Zat pemanis buatan yang dikonsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.

3. Zat Pengawet
Zat pengawet adalah zat-zat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur. Karena penambahan zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan beberapa tahun. Dalam makanan atau minuman yang dikemas dan dijual di toko-toko atau supermarket biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman tersebut masih dapat dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan.
Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan. Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.
Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.
Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya formalin yang biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah mati. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan. Selain formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya: gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit; gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat; terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan  menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat aditif makanan, di negara maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai pengawet sintetik. Hal ini telah mendorong perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan makanan dan minuman tanpa penambahan zat-zat kimia, misalnya dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon, atau pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan dapat disterilkan tanpa merusak kualitas makanan.
Macam-macam Zat Pengawet
·      Zat aditif yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi:
a. Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan, kecap, acar ketimun dalam botol dan caos.
b. Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju.
c. Natrium nitrit (Na No2), untuk daging olahan, daging awetan dan kornet kalangan.
d. Asam propionate, untuk roti dan sediaan keju olahan.
5. Anti oksidan
·      Zat aditif yang dapat membantu pembentukan atau pemantapan sistem dispersi yang homogen pada makanan.
a. Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging olahan, kaldu, dan buah kalangan.
b. Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan
c. Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan mentega.
·      Zat aditif yang dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan. Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat
·      Zat aditif yang dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan. Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium broma
·      Zat aditif yang dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh: aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja)
·      Zat aditif yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh: aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat (pada buah kalangan)
·      Sekuestran adalah bahan yang mengikat ion logam yang ada dalam makanan. Contoh: asam fosfat (pada lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim), kalsium dinatrium EDTA dan dinatrium EDTA
·      Zat aditif yang ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk memperbaiki gizi makanan. Contohnya: Asam askorbat, feri fosfat, vitamin A, dan vitamin D.

4. Zat Penyedap Rasa
Zat penyedap rasa alami berasal dari rempah-rempah yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa makanan seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak lagi yang lain. ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
a.    oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini.
b.    etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan.
c.    amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang.
d.   amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.
Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan di atas, terdapat pula zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis masakan, yaitu penyedap rasa monosodium glutamat (MSG). Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah menyebabkan “Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan di mana kepala terasa pusing dan berdenyut. Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir dulu. Kecurigaan ini masih bersifat pro dan kontra. Bagi yang mencoba menghindari untuk mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan yang mencantumkan label “tidak mengandung MSG” dalam kemasannya.
Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu fungsi. Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan.

10 April 2013

Bunga Matahari

Bunga unik ini sagat digemari di dataran eropa sana (kalo di indonesia palingan dijadiin kwaci,,,, haha). Pada kesempatan  ini saya akan share tantang bunga matahari. (lansung ajah)

Bunga matahari (Helianthus annuus L.) adalah tumbuhan semusim dari suku kenikir-kenikiran (Asteraceae) yang populer, baik sebagai tanaman hias maupun tanaman penghasil minyak. Bunga tumbuhan ini sangat khas: besar, biasanya berwarna kuning terang, dengan kepala bunga yang besar (diameter bisa mencapai 30cm). Bunga ini sebetulnya adalah bunga majemuk, tersusun dari ratusan hingga ribuan bunga kecil pada satu bongkol. Bunga matahari juga memiliki perilaku khas, yaitu bunganya selalu menghadap ke arah matahari atau heliotropisme. Orang Perancis menyebutnya tournesol atau "pengelana matahari". Namun demikian, sifat ini disingkirkan pada berbagai kultivar baru untuk produksi minyak karena memakan banyak energi dan mengurangi hasil. Bunga matahari merupakan bunga nasional RRC dan bunga resmi negara bagian Kansas, Amerika Serikat.

Bunga ini memiliki tinggi 3m sampai 5m tergantung varietasnya. Daun tunggal lebar. Batang biasanya ditumbuhi rambut kasar, tegak, jarang bercabang. Bunga tersusun majemuk. Terdapat dua tipe bunga: bunga tepi atau bunga lidah yang membawa satu kelopak besar berwarna kuning cerah dan steril, dan bunga tabung yang fertil dan menghasilkan biji. Bunga tabung ini jumlahnya bisa mencapai 2000 kuntum dalam satu tandan bunga. Penyerbukan terbuka (silang) dan dibantu oleh serangga. Pada hari yang cerah, tandan bunga majemuk mengikuti pergerakan harian matahari (asal nama tumbuhan ini), yang gejalanya disebut heliotropisme. Tumbuhan mendapat keuntungan 10% lebih fotosintesis karena pergerakan ini. Bijinya bertipe "achane". Pada tipe ini, buah dan biji tidak dapat dengan mudah dibedakan. 

Diluar negri bunga matahari dimanfaatkan sebagai sumber minyak, yang didapat dari ekstrak bijinya. Sebagai bahan pangan, minyak dari biji bunga matahari ini cocok dipakai untuk menggoreng, mengentalkan, serta campuran salad. Minyak bunga matahari kaya akan asam linoleat, suatu asam lemak tak jenuh yang baik bagi kesehatan manusia. Kepentingan teknik menginginkan minyak dengan kadar asam oleat yang lebih tinggi dan terdapat pula kultivar bunga matahari yang menghasilkan minyak dengan kualitas demikian (mengandung 80% hingga 90% asam oleat, sementara kultivar untuk pangan memiliki hanya 25% asam oleat). Sedangkan di indonesia biji bunga lebih populer sebagai makanan ringat yang disebut dengan "Kwaci".

Biji bunga matahari memiliki kaya kandungan nutrisi yang tidak bisa kita remehkan. Dalam Biji bunga matahari terkandung: Beta-sitosterol, vitamin E, chlorogenic acid, quinic acid, phytin, 3,4-benzopyrene. Dalam 100 g minyak biji bunga matahari: Lemak total: 100, lemak jenuh: 9,8: lemak tidak jenuh: Oleat 11.7 dan linoleat 72.9, cholesterol. Manfaat dengan adanya kandungan vitamin E bagi kesehatan tubuh kita diantaranya sebagai anti oksidan yang akan melindungi sel - sel tubuh dan DNA sel - sel kulit dari kerusakan sel - sel akibat serangan radikal bebas. Vitamin E juga berfungsi untuk regenerasi kulit, membuat kulit tetap kencang dan tidak keriput. Minyak biji bunga matahari juga mengandung asam likoleat yang berguna untuk mengurangi endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah. Karena kandungan itulah minyak biji bunga matahari juga sangat disarankan sebagai pengganti mentega karena tidak mengandung lemak padat. Kandungan besi dalam biji bunga matahari juga bermanfaat, yakni untuk mencegah penyakit anemia.
Khasiat dari bunga matahari yaitu dapat mengobati hipertensi (tekanan darah tinggi), sakit kepala, sakit gigi, nyeri menstruasi, rematik, radang payudara, sulit rnelahirkan, disentri, campak, infeksi saluran kencing, bronkhitis, batuk, keputihan dan malaria.

Cari Blog Ini