"semakin banyak memberi semakin banyak yang akan kita dapat" ini lah moto saya. tujuan adanya blog ini tak lebih dari sharing informasi dunia pertanian. beberapa referensi tulisan saya juga saya ambil dari blog-blog sejenis yang sama-sama berniat untuk sharing informasi. terakhir... gunakankanlah informasinya secara bijak. terimakasih
17 Mei 2012
13 Mei 2012
Unsur Hara Esensial dan Non Esensial
C, H, O, N, P dan S merupakan
unsur-unsur yang menyusun protein ataupun protolasma. Di samping enam unsur ini
masih ada 15 unsur lain yang
dinilai esensial, yaitu : K, Ca, Mg, Fe, Mn, Mo, Cu, B, Zn, Cl, Ni, Na, Co, Va, dan Si. Tidak semua unsur ini
dibutuhkan oleh semua tumbuhan, tetapi semua unsur ini ternyata dibutuhkan oleh
beberapa tumbuhan. Unsur-unsur ini bersama-sama dengan P dan S biasanya
menyusun abu tanaman setelah C, H, O dan N dibebaskan dalam pembakaran.
Tiap-tiap unsur dari dua puluh unsur tersebut memegang peranan dalam proses
tumbuh dan dapat mengurangi pertumbuhan dan produksi bila terdapat dalam jumlah
yang kurang.
Unsur C, H dan O yang terdapat
di dalam tanah berasal dari air dan CO2 yang kemudian dirubah
menjadi karbohidrat sederhana melalui proses forosintesa yang akhirnya
dijadikan asam-asam amino, protein dan protoplasma. Unsur-unsur ini tidak
digolongkan ke dalam unsur-unsur mineral.
Kadar unsur-unsur hara mineral
di dalam tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga persentase
kandungannya di dalam tanaman berbeda-beda. Metode analisa dapat mempengaruhi
susunan suatu unsur di dalam tanaman. Dengan majunya metode dan tehnik analisa
maka ketelitian dan ketepatan pengukuran dapat lebih baik. Contoh yang ekstrim
adalah belerang. Terakhir ini oleh Venema ditentukan bahwa kadar belerang di
dalam tanaman sebenarnya dua sampai seratus kali lebih tinggi dibandingkan
dengan data yang lama.
Seringkali juga terjadi salah
penggunaan data analisis tanaman. Dalam hal ini data tersebut dipakai sebagai
satu-satunya dasar untuk merumuskan program pemupukan. Dasar pemikiran ialah
bahwa pupuk yang diberikan setara dengan jumlah yang diserap tanaman.
Pendekatan demikian sama sekali mengabaikan faktor-faktor penting lain seperti
kehilangan karena pencucian, fiksasi dari beberapa unsur oleh tanah, efesiensi
dari berbagai tanaman dalam mengabsorpsi unsur-unsur tertentu, dan lain-lain.
Data analisis tanaman bersama-sama dengan keterangan-keterangan tentang
faktor-faktor di atas apabila dipertimbangkan secara bersama maka hasil
formulasi akan jauh lebih baik.
Peranan dari setiap unsur hara
mineral dalam pertumbuhan tanaman dikemukakan secara singkat di dalam
uraian-uraian di bawahn ini.
Nitrogen (N)
Unsur ini penting bagi tanaman
dapat disediakan oleh manusia melalui pemupukan. Nitrogen umumnya diserap oleh
tanaman dalam bentuk NO3-
dan NH4+ walaupun urea (H2NCONH2)
dapat juga dimanfaatkan oleh tanaman karena urea secara cepat dapat diserap
melalui epidermis daun. Jarang sekali bahwa urea diabsorpsi melalui akar karena
di dalam tanah urea dihidrolisa menjadi NH4+. Asam-asam
amino yang larut dalam air dan asam nucleic dapat juga diabsorpsi oleh tanaman
tingkat tinggi. Tetapi senyawa-senyawa ini biasanya tidak terdapat dalam
larutan tanah dalam jumlah yang cukup berarti. Di tanah-tanah yang bereaksi agak masam sampai alkali, dengan aerasi baik,
maka bentuk NO3-akan banyak dijumpai.
Bentuk N yang diabsorpsi
tanaman berbeda-beda. Ada tanaman yang lebih baik tumbuh bila diberi NH4+
ada pula yang lebih baik bila diberi NO3- dan ada pula
tanaman yang tidak terpengaruh oleh bentuk-bentuk N ini. Tanaman padi sawah
mengambil N biasanya mengabsorpsi bentuk NO3- yang
terbanyak. Nitrogen yang diserap ini di dalam tanaman diubah menjadi –N, -NH,
-NH2. bentuk reduksi ini kemudian diubah menjadi senyawa yang lebih
kompleks dan akhirnya menjadi protein.
Protein di dalam sel-sel
vegetatif tanaman, umumnya
adalah peranan fungsional daripada struktural. Sebagian besar berupa enzym dan
sisanya berupa nucleoprotein dimana sebagian terdapat di dalam chromosom.
Dengan demikian maka protein bersifat seperti katalisator dan sebagai
pemimpin dalam proses metabolisme. Protein-protein yang fungsional tidak
stabil, mereka selalu pecah dan kemudian membentuk kembali.
Pemberian N yang banyak akan
mengakibatkan pertumbuhan vegetatip berlangsung hebat sekali dan warna daun
menjadi hijau tua. Kelebihan N dapat memperpanjang umur tanaman dan
memperlambat proses kematangan karena tidak seimbang dengan unsur lain seperti
P, K, dan S.
Penyediaan nitrogen
berhubungan dengan penggunaan karbohidrat. Apabila persediaan N sedikit maka
hanya sebagian kecil hasil photosintesa ini yang dirubah menjadi protein dan
sisanya diendapkan. Pengendapan karbohidrat ini menyebabkan sel-sel vegetatip
tanaman menebal. Apabila persediaan N cukup banyak maka sedikit sekali yang
mengendap karena sebgaian besar dijadikan protein, jadi banyak protoplasma yang
terbentuk. Oleh karena protoplasma ini mengikat banyak air, maka tanaman yang
dipupuk banyak N biasanya mempunyai kadar air tinggi di dalam sel vegetatip.
Sebagai akibatnya tanaman ini tidak resisten terhadap serangan hama ataupun
penyakit.
Pada tanaman serat, kelebihan
N akan melemahkan serat-seratnya sedangkan untuk tanaman biji-bijian akan
menyebabkan tanaman rebah, terutama bila kekurangan kalium atau apabila
varietas yang dipakai tidak tahan terhadap pemupukan N yang tinggi. Pemupukan N
yang tinggi juga akan mengurangi kadar gula tanaman bit.
Keburukan-keburukan akibat
pemupukan N yang dikemukakan di atas biasanya tidak terjadi bila unsur-unsur
lain terdapat dalam keadaan yang cukup. Dalam keadaan demikian pemupukan N
biasanya sangat meningkatkan produksi tanaman.
Kekurangan N biasanya
menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan daun-daun menjadi kering. Gejala
chlorosis mula-mula timbul pada daun yang tua sedangkan daun-daun muda tetap
berwarna hijau. Kenyataan ini membuktikan mobilitas N di dalam tanaman. Apabila
akar tanaman tidak dapat mengambil N cukup untuk pertumbuhannya maka senyawa N
di dalam daun-daun yang tua menjalani proses autolysis. Dalam hal ini protein
dirubah menjadi bentuk yang larut dan ditranslokasi ke bagian-bagian yang muda
dimana jaringan meristemnya masih aktif. Pada keadaan kandungan N yang rendah
sekali, daun akan menjadi coklat dan mati. Utnuk jenis rumput-rumputan
ujung-ujung daun tua mula-mula akan mengering seperti terbakar dan menjalar ke
seluruh daun melalui ibu tulang dan melebar ke samping sehingga memberikan
bentuk V.
Fosfor (P)
Fosfor bersama-sama dengan
Nitrogen dan Kalsium, digolongkan sebagai unsur-unsur utama walaupun diabsorpsi
dalam jumlah yang lebih kecil dari kedua unsur tersebut. Tanaman biasanya
mengabsorpsi P dalam bentuk ion orthofosfat primer H2PO4-
dan sebagian kecil dalam bentuk sekunder HPO42-. Absorpsi
kedua ion itu oleh tanaman dipengaruhi oleh pH tanah sekitar akar. Pada pH
tanah yang rendah absorpsi bentuk H2PO4- akan
meningkat.
Selain kedua bentuk di atas
mungkin juga bentuk pirofosfat dan metafosfat dapat diambil oleh tanaman.
Akhir-akhir ini TVA (Tennessee Valey Authority) telah mengeluarkan sejumlah
pupuk polifosfat dari kalsium, kalium dan amonium dimana terbanyak adalah
bentuk pirofosfat dihidrolisakan di dalam air maka absorpsi merupakan
pertanyaan yang hanya. Namun demikian, terlepas dari bentuk fosfat yang
sebenarnya diabsorpsi tanaman, metafosfat dan pirofosfat merupakan sumber
fosfat yang baik.
Tanaman dapat juga
mengabsorpsi fosfat dalam bentuk P organik seperti asam nucleic dan phytin.
Bentuk-bentuk ini berasal dari dekomposisi bahan organik dan dapat langsung
dipakai oleh tanaman. Tetapi karena tidak stabil dalam suasana dimana aktivitas
mikrobia tinggi, maka peranan mereka sebagai sumber fosfat bagi tanaman di
lapangan menjadi kecil.
Fosfat juga telah ditemukan
sebagai bagian dari asam nucleic, phytin, dan fosfolipid-fosfolipid. Dengan
demikian pemberian P yang cukup pada saat tanaman masih muda adalah penting
untuk meleakkan primordi dari bagian-bagian reproduktif. Fosfat juga
mempercepat masaknya buah terutama bagi tanaman serealia. Kekurangan fosfat
jelas sekali mengurangi pertumbuhan tanaman. Fosfat penting bagi pembentukkan
biji, dan banyak dijumpai di dalam buah dan biji.
Fosfat yang cukup akan
memperbesar pertumbuhan akar. Percobaan-percobaan dari Ohlrogge dan
rekan-rekannya di universitas Purdue, menunjukkan bahwa apabila pupuk P yang
mudah larut diberikan bersama-sama dengan pupuk NH4+ di
dalam larikan, maka akar tanaman akan berkembang hebat sekali di daerah itu.
Juga ada kenyataan bahwa absorpsi fosfat bertambah bila dipakai pupuk nitrat
dibandingkan dengan pupuk amonium.
Fosfor merupakan unsur yang
mobil di dalam tanaman. Apabila terjadi kekurangan fosfat maka fosfat di dalam
jaringan yang tua diangkat ke bagian-bagian meristem yang sedang aktif. Tetapi
oleh karena kekurangan unsur ini menghambat seluruh pertumbuhan tanaman, maka
gejala yang jelas pada daun seperti halnya kekurangan unsur-unsur N dan K,
jarang terlihat.
Peranan fosfat adalah sangat
khusus dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fosfat atau radikal fosforil
di dalam sel-sel tanaman diangkat ke golongan aseptor melalui suatu reaksi yang
disebut fosfosilasi sehingga reaktivitas dari suatu zat bertambah.
Fosforilasi akan mengurangi enersi aktivitas dari penghalang (barrier) di dalam
sel tanaman sehingga memungkinkan semua reaksi-reaksi kimia di dalam proses
biologi berlangsung sempurna dan dipercepat.
Perubahan fosfat di dalam
tanama terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama fosfat anorganik diabsorpsi
dan bereaksi dengan molekul atau radikal organik. Pada tahap kedua terjadi
proses transfosforilasi dimana golongan fosforil dirubah menjadi
molekul-molekul lain. Dan pada tahap ketiga. Fosfat atau pirofosfat dibebaskan
dari intermediated phosphorylated oleh
proses hidrolisa ataupun melalui substitusi radikal organik. Sumber enersi yang
utama untuk perubahan fosfat ke dalam berbagai bentuk kombinasi organik adalah
energi potensial oksidasi reduksi yang dihasilkan dalam proses metabolisme
oksidatif.
Ikatan-ikatan fosfat organik
dari berbagai senyawa-senyawa biologi pada dasarnya merupakan golongan enersi
tinggi dan enersi rendah sesuai dengan perubahan enersi bebas pada waktu proses
hidrolisa. Walaupun penggolongan ini nampaknya kurang tepat, tetapi untuk perubahan-perubahan
dari satu golongan ke golongan yang lain nampaknya mempunyai hubungan yang
teratur. Diduga bahwa enersi dari berbagai ikatan fosfat dapat dihubungkan
dengan enersi dari perubahan fosforil (phosphoryl transfer potential = Ptp).
Nilainya yang dinyatakan dalam kilogram kalori mencerminkan jumlah kegiatan
biokimia yang dihasilkan dari suatu ikatan fosfat tertentu.
Tabel 1. menunjukkan perubahan
enersi bebas Ptp (DF) dari hidrolisa berbagai bentuk fosforil
hasil metabolisme. AMP, ADP, dan ATP berturut-turut merupakan singkatan dari
adenosin mono-, di-, dan trifosfat. Senyawa-senyawa fosfat organik yang
diberikandalam tabel 3.1. dan lain-lain bentuk senyawa fosfat organik,
mempunyai peranan yang terpenting terhadap perubahan-perubahan enersi dalam proses
hidup aerobic atau anaerobic dari tumbuhan dan hewan.
Tabel 1. Perubahan-perubahan Enersi Bebas
(DF) Dari Beberapa Fosforil Hasil Metabolisme
Hasil Metabolis
|
Temperatur (OC)
|
pH
|
DF Pada Suhu dan pH Tertentu
(kilogram kalori)
|
ATP (-- ADP + fosfat anorganik)
|
30
|
7.0
|
- 7.0
|
ATP (-- AMP + pirofosfat)
|
37
|
7.5
|
- 8.6
|
ADP (-- AMP + fosfat anorganik)
|
25
|
7.0
|
- 6.4
|
Pirofosfat
|
30
|
7.0
|
- 6.6
|
Glukose -1- fosfat
|
30
|
7.0
|
- 5.0
|
Galaktose 1-1- fosfat
|
25
|
7.0
|
- 5.0
|
Glukose -6- fosfat
|
25
|
7.0
|
- 3.3
|
Fruktose -6- fosfat
|
30
|
7.0
|
- 3.8
|
Fruktose -1- fosfat
|
38
|
5.8
|
- 3.5
|
Gliserol-fosfat
|
25
|
7.0
|
- 2.1
|
Gliseroldehida -1.3- difosfat
|
25
|
6.9
|
- 11.8
|
Fosfeonal piruvat
|
30
|
7.4
|
- 12.7
|
Asetifosfat
|
29
|
7.0
|
- 10.1
|
Bebrapa peran fosfat yang
penting ialah dalam proses photosintesa, perubahan-perubahan karbohidrat dan
senyawa-senyawa yang berhubungan dengannya, glikolisis, meta bolisme asam
amino, metabolisme lemak, metabolisme sulfur, oksidasi biologis, dan sejumlah
reaksi dalam proses hidup.
Fosfor betul-betul merupakan unsur yang sangat penting dalam proses
transfer enersi, suatu proses yang vital dalam hidup dan pertumbuhan.
Kalium (K)
Kalium diabsorpsi oleh tanaman
dalam bentuk K+, dan dijumpai dalam berbagai kadar di dalam tanah.
Bentuk dapat ditukar atau bentuk yang tersedia bagi tanaman biasanya terdapat
dalam jumlah yang kecil. Penambahan K ke dalam tanah biasanya dalam bentuk
pupuk K yang larut dalam air : Kcl, K2SO4, KNO3,
K- Mg- Sulfat- dan pupuk-pupuk majemuk.
Kebutuhan tanaman akan K cukup
tinggi dan akan menunjukkan gejala kekurangan apabila kebutuhannya tidak
mencukupi. Dalam keadaan demikian maka terjadi translokasi K dari bagian-bagian
yang tua ke bagian-bagian yang muda. Dengan demikian gejalanya mulai terlibat
pada bagian bawah dan bergerak ke ujung tanaman.
Berbeda dengan N, S, P dan
beberapa unsur lain, K tidak dijumpai di dalam bagian tanaman seperti
protoplasma, lemak dan selulosa. Fungsinya nampaknya lebih bersifat
katakisator. Terlepas dari kenyataan-kenyataan di atas, kalium mempunyai peran
penting sekali terhadap peristiwa-peristiwa fisiologis berikut :
1. Metabolisme karbohidrat: pembentukkan,
pemecahan dan translokasi pati.
2. Metabolisme nitrogen dan sintesa protein.
3. Mengawasi dan mengatur aktivitas beragam
unsur mineral.
4. Netralisasi asam-asam organik yang penting
bagi proses fisiologik.
5. Mengaktifkan berbagai enzym.
6. Mempercepat pertumbuhan jaringan
meristematik.
7. Mengatur pergerakkan stoma dan hal-hal
yang berhubungan dengan air.
Peranan-peranan tersebut di
atas dapat dilihat dalam berbagai bentuk gejala tumbuh. Daun-daun menjadi
kuning, melemahkan batang dari tanaman biji-bijian dan mengakibatkan mudah
rendah. Kekurangan kalium akan menyebabkan produksi tanaman berkurang sekali.
Sering terjadi bahwa walaupun produksi tanaman berkurang sekali tetapi gejala
kekurangan tidak timbul. Peristiwa ini dikenal sebagai kelaparan yang
tersembunyi (hidden hunger) dan tidak saja terbatas pada kalium tetapi juga
berlaku untuk unsur hara lainnya. Kekurangan kalium juga mengurangi resistensi
terhadap penyakit. Serangan pouldry dan penyakit busuk akar pada tanaman
alfalfa, mildew pada gandum bertambah hebat pada tanah-tanah yang kekurangan
kalium. Pengaruh kalium juga terlihat pada kwalitas buah.
Pengaruh kekurangan kalium
secara keseluruhan baik terhadap pertumbuhan maupun terhadap kwalitasnya
merupakan akibat pengaruhnya terhadap proses-proses fisiologis. Kekurangan
kalium akan merubah aktivitas enzym invertase, diastase, peptase dan katalase
pada tanaman tebu juga kalium berpengaruh atas aktivitas pyruvic kinase pada
beberapa tanaman.
Proses photosintesa dapat
berkurang bila kandungan kalium rendah dan pada saat itu respirasi bertambah
besar. Hal ini akan menekan persediaan karbohidrat yang tentu akan mengurangi
pertumbuhan tanaman. Translokasi gula pada tanaman tebu berkurang sekali bila
kadar kalium rendah. Dari percobaan terbukti bahwa pada tanah-tanah yang kadar
kalium rendah translokasi ini berkurang menjadi kurang lebih setengah dari
kecepatan translokasi normal, yaitu kira-kira 2.5 cm/menit.
Peranan kalium dan hubungan
dengan kandungan air dalam tanaman adalah penting dalam mempertahankan turgor
tanaman itu yang sangat diperlukan agar proses-proses metabolisme lainnya dapat
berlangsung dengan baik.
Pengaruh yang penting lainnya
adalah dalam proses metabolisme protein. Pada tanaman yang kadar kaliumnya
rendah ternyata perubahan bentuk-bentuk amida ke protein terlambat sehingga
dijumpai akumulasi dari N-amida. Percobaan-percobaan membuktikan bahwa dengan
naiknya kadar kalium maka kandungan protein tanaman juga bertambah sedangkan
sebaliknya jumlah senyawa N-nonprotein berkurang. juga diperoleh kenyataan
bahwa tanaman makanan ternak dengan kadar N-nonprotein tinggi akan membahayakan
hewan karena mudah terjadi proses dominasi. Dalam proses ini akan dibebaskan
sejumlah NH3 yang dapat membahayakan hewan.
Oleh karena hewan dan manusia
memperoleh sejumlah kalium berasal dari tumbuh-tumbuhan, maka kalium yang cukup
bagi tanaman kita adalah penting. Peranan kalium dalam proses metabolisme hewan
pada prinsipnya adalah untuk menimbulkan arus bioelektrik.
Kalsium (Ca)
Kalsium dibutuhkan oleh semua
tanaman tingkat tinggi, dan diambil dalam bentuk Ca++. Kalsium banya
dijumpai di dalam daun, dan pada beberapa tanaman dijumpai dalam bentuk
Ca-oksalat di dalam sel-sel tanaman tersebut. Juga kalsium dapat dijumpai dalam
bentuk ion di dalam cairan sel.
Tanaman yang kekurangan
kalsium akan terganggu pembentukkan pucuk dan ujung-ujung akar. Dengan
demikian, pertumbuhan tanaman dapat terhenti apabila kadar kalsium rendah sekali.
Peranan khusus dari kalsium
belum jelas. Secara klasik dikemukakan bahwa diduga kalsium memegang peranan
dalam pembentukkan middle lamella dari sel-sel oleh karena peranannya dalam
pembentukkan kalsium pekat.
Kalsium juga diduga penting
dalam pembentukkan dan peningkatan kadar protein dalam mitchondria. Apabila ini
benar maka peranan mitchondria dalam repirasi aerobik, yang berarti pula
peranannya dalam absorpsi unsur hara. Ini berarti bahwa ada hubungan langsung
antara kalsium dan absorpsi ion oleh tanaman.
Peranan kalsium dalam
pembentukkan protein dihubungkan dengan peranan kalsium dalam absorpsi nitrat
dan aktivitas beberapa enzym.
Peranan kalsium dala
pemanjangan sel, dan hubungannya dengan perkembangan jaringan-jaringan
meristematik belum dapat dipastikan oleh karena terdapat hasil-hasil percobaan
yang saling bertentangan. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya interaksi
dengan zat-zat tumbuh tertentu, dengan kation-kation tertentu, dan untuk akar
terdapat interaksi dengan pH dari media tmbuh. Namun demikian telah dapat
dipastikan bahwa akar tanaman tidak memanjang dalam media tanpa kalsium.
Kalsium biasanya digolongkan dalam unsur yang mobil dalam tanaman.
Magnesium (Mg)
Magnesium diabsorpsi dalam
bentuk ion Mg dan merupakan satu-satunya mineral yang menyusun chlorophyl.
Dengan demikian maka peranan Mg menjadi cukup jelas. Kadar Mg dalam tanaman
berkisar antara 0.1 – 0.4 %.
Walaupun sebagian besar
magnesium dijumpai di dalam chloropyl, tetapi sering juga cukup banyak dijumpai
di dalam biji. Nampaknya ia mempunyai hubungan dengan metaolisme fosfat dan
juga memegang peranan khusus dalam mengaktifkan beberapa sistem enzym. Mg juga
berperan dalam sintesa protein dan Mg diduga mendorong pembentukkan rantai
polypeptide dari asam-asam amino. Oleh sebab itu kekurangan g mengakibatkan
jumlah N-protein menurun dan N-protein meningkat.
Magnesium termasuk unsur yang
mobil dengan demikian dapat ditranslokasikan dari bagian-bagian yang tua ke
bagian yang muda apabila mulai terjadi defisiensi. Oleh sebab itu gejala sulfur
kurang lebih sama dengan fosfor, tetapi pada alfalfa, kubis dan turnips,
kadarnya dapat lebih besar.
Kekurangan sulfur ditandai
dengan gejala-gejala berikut : chlorosis seluruh tanaman, tanaman kerdil,
batangnya kecil dan kurus. Gejala kekurangan S pada banyak tanaman sama dengan
nitrogen sehingga seringkali terjadi salah menilai masalah di lapangan.
Perbedaan gjala terutama
terletak pada perbedaan sifat dari kedua unsur ini. Sulfur sukar ditranslokasi
dari bagian yang tua ke bagian yang muda apabila terjadi kekurangan unsur ini.
Dengan demikian gejala kekurangan sulfur akan terlihat pada bagian-bagian yang
muda.
Peranan sulfur dalam
pertumbuhan dan metabolisme tanaman sangat banyak dan penting.
1. Sulfur dibutuhkan untuk sintesa asam-asam
amino yang mengandung S, seperti cystine, cyctine, dan methonine dan juga untuk
sintesa protein.
2. Sulfur mengaktifkan enzym-enzym protolytic
tertentu seperti papainase, contoh-contohnya adalah papain, bromelin dan ficin.
3. Sulfur merupakan bagian dari: vitamin-vitamin
tertentu, coenzym A, biotin, thiamin (vitamin B1) dan glutathiono.
4. Sulfur terdapat juga di dalam minyak
beberapa tanaman rempah dan bawang.
5. Sulfur menaikkan kadar minyak tanaman
seperti kedele.
6. Rantai disulfida (-S-S-) akhir-akhir ini
dihubungkan dengan struktur protoplasma, dan jumlah gugusan subhidril (-SH)
dalam tanaman dalam beberapa hal telah dihubungkan dengan kenaikan day tahan
terhadap suhu rendah.
Nilai biologik dari suatu
protein yang dinyatakan dengan indeks EAA (Essential Amino Aci) ditentukan
dengan jalan membandingkan kadar asam amino dengan kadarnya pada protein hewani
yang berkwalitas tinggi. Penelitian-penelitian tentang nilai gizi suatu bahan
makanan menunjukkan bahwa asam amino yang mengandung S menentukan nilai
biologik dari protein yang dikandungnya, bahkan lebih penting dari kandungan
lysin. Para peneliti ini bahkan engemukakan bahwa sebagian besar dari penduduk
dunia hidup dari bahan makanan yang rendah kadar methioninnya.
Pemupukan dengan sulfat dapat
menaikkan kadar methionin, cyctine dan kandungan S total di dalam tanaman
(Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh Ion Sulfat Terhadap Kadar Methionin, Cystine dan S Total di
Dalam Dua Strain Alfalfa *)
Perlakuan SO42-
(ppm)
|
Methionine
(mg/g N)
|
Cyctine
(mg/g N)
|
% S
|
|||
C – 3
|
C – 10
|
C – 3
|
C – 10
|
C – 3
|
C – 10
|
|
0
|
10.6
|
17.6
|
21.5
|
24.4
|
0.100
|
0.089
|
1
|
20.8
|
27.6
|
28.6
|
35.2
|
0.103
|
0.098
|
3
|
33.6
|
34.9
|
37.0
|
43.6
|
0.129
|
0.12
|
9
|
38.0
|
40.3
|
38.9
|
42.9
|
0.186
|
0.200
|
27
|
41.4
|
43.9
|
42.9
|
45.0
|
0.229
|
0.227
|
43.4
|
44.3
|
43.6
|
46.0
|
0.244
|
0.242
|
*) Sumber asli: Tisda;e et. al., Agron. J. 42:221
(1950)
Dari data pada Tabel 2 terlihat bahwa kemampuan kedua strain
Alfalfa dalam pembentukkan methionine dan cyctine berbeda. Kemampuan dari
berbagai species atau strain tanaman dalam memanfaatkan unsur hara dari jumlah
yang tersedia secara efektif untuk membentuk berbagai senyawa di dalam tubuhnya
merupakan suatu sifat yang penting terutama bila dilihat dalam hubungan dengan
gizi makanan hewan maupun manusia. Oleh sebab itu merupakan bahan yang penting
untuk diteliti. Kekurangan sulfur dapat menyebabkan akumulasi N-nonprotein, dan
ini akan sangat membahayakan ternak.
Apabila ternak ruminant dapat
menggunakan sulfat, sulfida dan juga unsur S dalam pembentukkan protein, maka
ternak nonruminant harus ada methionine di dalam ransumnya baru dapat membentuk
protein.
Pemupukan N dalam jumlah besar
dapat menyebabkan akumulasi nitrat dan amida di dalam tanaman. Kadar nitrat
yang tinggi di dalam tanaman akan bersifat racun bagi hewan. Akumulasi ini
terutama terjadi apabila kadar S di dalam tanah rendah. Kenyataan ini baru saja
diperoleh peneliti-peneliti di Norwegia. Mereka menunjukkan bahwa bahaya dari
kandungan nitrat yang tinggi dihilangkan pemupukan S yang cukup. Tanaman dengan
bandingan N : S (%N : %S) sebesar 10 : 1 sampai 20 : 1 dinilai cukup baik untuk
diberikan kepada ternak ruminant.
Boron (B)
Boron dalam tanah umumnya
terdapat dalam bentuk asam borat yang tak terdisosiasi (H3BO3,
pK 9.2) dan diserap tanaman. Bentuk-bentuk lain yang jumlahnya sedikit ialah B4O72-,
H2BO3-, HBO3= dan BO3--.
Juga diambil tanaman tetapi tidak nyata pengaruhnya bagi tanaman. Kadarnya
dalam tanaman-tanaman monokotil berkisar antara 6 – 18 ppm dan dalam dikotil
antara 20 – 60 ppm. Kadar 20 ppm dalam dayn tua berbagi tanaman biasanya
dinilai cukup.
Beberapa tanaman terutama
jenis kacang-kacangan, sangat sensitif terhadap unsur ini. Dosis B yang dipakai
dengan hasil baik untuk alfalfa dapat bersifat racun bagi kacang-kacangan.
Boron relatif immobil di dalam tanaman sehingga gejala defisiensi pertama-tama
terlihat pada pucuk-pucuk muda yang selanjutnya diikuti oleh kematian daun-daun
muda. Daun yang termuda akan menjadi hijau pucat, terutama pada bagian
dasarnya. Jaringan pada bagian pangkal daun pecah, sehingga apabila daun itu
tumbuh terus maka ia seakan-akan terpilih.
Berbagai tanaman akar (root
crops) dipengaruhi sekali oleh kekurangan boron. Jaringan-jaringan dalam dari
akar-akar pecah dan memberikan warna hitam yang dinamakan hati coklat atau hitam (brown atau black heart) seperti sering
terlihat pada bit gula. Mengapa kekurangan boron memberikan gejala seperti
disebutkan di atas, tidak diketahui dengan jelas.
Boron dinyatakan mengambil
peran dalam metabolisme karbohidrat dan pergerakkan gula dengan jalan membentuk
senyawa kompleks dari boron gula yang bersifat permeable atau dengan
mempengaruhi membran sel sehingga sifatnya lebih permeable untuk gula.
Boron juga mempengaruhi
perkembangan sel, dan sistesa-sintesa penting lainnya. Fungsi lain adalah bahwa
unsur ini merupakan inhibitor dalam pembentukkan tepung.
Percobaan-percobaan juga
membektukan bahwa transpirasi tanaman kacang-kacangan yang diberi boron lebih
besar dari pada yang tidak memdapat boron. Reduksi ini terutama disebabkan
karena kecepatan absorpsi air berkurang serta morfologi tanaman kekurangan B
tidak normal.
Juga kekurangan boron akan
menyebabkan terhentinya penambahan sel. Pembelahan sel dalam hal ini jelas
tidak terhenti oleh karena tidak adanya gula, protein asam nukleat tetapi bahwa
tidak ada boron menyebabkan terjadinya abnormalitas dalam dinding sel sehingga
pengaturan sel untuk mitosis terganggu.
Sarjana-sarjana Rusia
akhir-akhir ini mendapatkan bahwa kekurangan boron menurunkan kandungan asam
rebonucleic acid (RNA) pada ujung-ujung batang dan akar dari tanaman
kacang-kacangan dan bunga matahari yang ditanam dalam kultur air sedangkan
kandungan asam desxyribonucleic (DNA) pada bagian-bagian itu juga berkurang
pada tanaman bunga matahari. Pemberian boron ternyata mengembalikan produksi
normal dari RNA dan DNA. Hal ini menunjukkan bahwa kekurangan boron akan lebih
mengganggu metabolisme asam nucleic dari pada metabilisme karbohidrat.
Besi (Fe)
Kadar Fe sebesar 50 – 250 ppm
dalam tanaman dinilai cukup. Besi diambil oleh tanaman dalam bentuk ion ataupun
dalam bentuk garam-garam kompleks organik (chelate) dan dapat juga diabsorpsi
oleh daun apabila besi sulfat atau kompleks Fe organik diberikan melalui daun.
Pada beberapa tanaman, jarum-jarum besi yang dibenamkan ke dalam batang dapat
merupakan sumber besi bagi tanaman itu. Walaupun Fe3+ dapat
siabsorpsi oleh tanaman, tetapi dalam proses metabolisme ion Fe2+
yang aktif. Oleh sebab itu dapat terjadi bahwa walaupun kadar ion ferri banyak di dalam jaringan tanaman,
gejala kekurangan besi dapat juga timbul.
Kekurangan besi sering terjadi
di tanah-tanah berkapur atau tanah alkali tetapi juga dapat timbul di
tanah-tanah asam apabila dilakukan pemupukan fosfat yang terlalu berat.
Tanaman-tanaman yang sering menunjukkan gejala ini adalah jeruk, sorghum,
kedele, jenis sayur-sayuran dan tanaman liar, dan sebagainya.
Gejala kekurangan mula-mula
terlihat pada daun yang muda karena tidak dapat ditranslokasi dari bagian yang
tua ke bagian meristem. Sebagai akibatnya pertumbuhan terhenti. Gejala ini
mula-mula timbul sebagai chlorosis diantara tulang daun yang muda. Dalam
keadaan yang lebih lanjut, gejala ini tersebar cepat ke seluruh helai daun
sehingga warnanya menjadi putih.
Fungsi khusus dari besi adalah
mengaktifkan berbagai sistem enzym antara lain catalase, cytochrome, oksidase,
aconitase, sintesa khlorofil, peptidilproline hydrolase dan nitrogenesa (dalam
fiksasi N2, terdapat pada rhizobium, dll). Kekurangan basi akan
melemahkan mekanisme dari sitem prosuksi khloropyl. Hal ini terbukti dari
percobaan dimana kadar khloropyl meningkat dengan pemberian besi secara terus
menerus.
Besi juga diduga mempunyai
hubungan dengan sintesa protein khloropyl. Keseimbangan antara jumlah besi
dengan jumlah Mo, P, Mn dan Cu perlu mendapat perhatian khusus.
Besi mampu mengganti sebagian
fungsi Mo sebagai kofaktor logam yang penting untuk kegiatan enzym reduktase
nitrat pada kedele.
Mangan (Mn)
Kadar normal dalam tanaman
berkisar antara 20-500 ppm. Kekuranga Mn biasanya terjadi bila kadarnya dalam
bagian atas menjadi 15-25 ppm. Mangan diabsorpsi tanaman dalam bentuk ion mangano,
Mn2+ dan juga dalam bentuk molekul senyawa kompleks organik.
Bentuk-bentuk ini dapat juga diserap melalui daun.
Mangan tidak mobil dalam
tanaman sehingga gejala defisiensinya muncul mula-mula pada bagian yang muda.
Pada tahap pendahuluannya gejalanya berupa chlorosis diantara tulang-tulang
daun.
Pada tanah-tanah yang masa
dimana biasanya kadar Mn tinggi, tanaman akan keracunan. Daun-daun akan
mengkerut ataupun timbul bercak-bercak keratan pada daun.
Terlihatnya Mn dalam
fotosintesis terutama adalah pada evaluasi O2. Mn juga berperan
dalam proses-proses oksidasi reduksi dan reaksi-reaksi dekarboksilasi dan
hidrolisis. Mn juga dapat mengganti Mg dalam banyak reaksi fosforilasi dan
reaksi-reaksi tranfer. Mn juga dilukiskan dalam banyak reaksi enzym dalam
siklus asam sitrat. Dalam hal transformasi enzym Mn sama efektif seperti Mg. Mn
mempengaruhi kadar enzym dalam tanaman dan nampaknya kadar Mn tinggi mendorong
pemecahan dari indolencetic acid (IAA). Juga Mn merupakan aktivator khusus dari
enzym prolidase dan glutamyl transferase.
Akhir-akhir ini diketemukan
bahwa Mn mempunyai peranan dalam salah satu proses fotokimia seperti reaksi
Hill. Penelitian-penelitian Australia menemukan bahwa Mn merupakan bagian dari
chloroplast tomat. Dalam usaha mengisolasi Mn dari chloroplast dengan
konsentrasi KCN yang tinggi ternyata reaksi Hill terhalang sama sekali. Dari
kenyataan ini disimpulkan bahwa Mn secara langsung mengambil bagian di dalam
reaksi Hill pada chloroplast.
Mn seperti halnya dengan
unsur-unsur mikro yang lain dibutuhkan dalam jumlah yang kecil sedangakan dalam
jumlah yang besar dapat menjadi racun. Cara mengatasinya biasanya dengan jalan
pengapuran sampai pH 5.5.
Tembaga (Cu)
Kadar normal Cu jaringan
tanaman berkisar antara 5-20 ppm. Defisiensi muncul bila kadarnya menjadi lebih
kecil dari 4 ppm dalam bahan kering. Tembaga diambil tanaman dalam bentuk ion
kupri Cu2+, dan juga dalam bentuk molekul kompleks organik. Bentuk-bentuk ini
(garam-garam Cu dan Cu kompleks) dapat juga diambil melalui daun, sehingga
untuk mengatasi kekurangan Cu biasanya dilakukan penyemprotan pada daun.
Kekurangan Cu biasanya
dijumpai di tanah-tanah organosol tetapi juga pada tanah-tanah berkapur dan
berpasir kuarsa. Tanaman yang biasanya respons terhadap pemupukan Cu ialah bit,
clover, carrots, jagung, gandum, dan pohon buah-buahan. Gejala defisiensinya
untuk tiap jenis tanaman berbeda. Pada tanaman jagung daun-daun termuda
berwarna kuning dan pertumbuhannya tertekan, dan apabila keadaan kekurangan
makin parah maka daun-daun yang muda menjadi putih pucat sedangkan daun yang
tua mati. Pada tingkat yang lebih lanjut jaringan-jaringan pada ujung-ujung dan
tepi daun mati dan memberikan gejala kekurangan Cu mula-mula berupa warna pucat
dari daun-daun muda dan ujung-ujungnya mati. Sedangkan banyak tanaman sayuran
yang kekurangan Cu memperlihatkan tanah layu, kemudian timbul bercak-bercak
hijau kebiruan, menjadi chlorotik, mengeriting dan bunga-bunga biasa tidak
terbentuk.
Cu berfungsi sebagai aktivator
untuk berbagi enzym yang meliputi tyrosinase, laktase, oksidase asam askorbat.
Juga berfungsi pada photosynthetic
electron transport dan dalam pembentukkan nodule (tidak langsung).
Kekurangan Cu juga menyebabkan
akumulasi besi pada tanaman jagung dan terutama pada nodenya. Seperti halnya
dengan besi dan Mn, jumlah Cu yang haris ada di dalam tanaman harus dihubungkan
dengan jumlah logam-logam berat yang lain. Hal ini mungkin lebih penting
daripada jumlah absolutnya, agar tanaman dapat berfungsi dengan baik.
Seng (Zn)
Kadar normal dalam bahan kering
berkisar antara 25-150 ppm. Kurang dari 25 ppm tanaman akan kekurangan Zn dan
lebih dari 400 ppm akan keracunan. Seng diambil tanaman dalam bentuk Zn2+
tetapi juga dapat diambil dalam bentuk molekul garam kompleks organik seperti
EDTA. Pemberian garam-garam Zn yang larut maupun Zn kompleks melalui daun
merupakan cara yang sering ditempuh untuk mengatasi kekurangan Zn.
Defisiensi Zn telah
dikemukakan pada berbagai tanaman antara lain pada tanaman jagung, sorghum,
jeruk, polong-polongan, kapas dan berbagai tanaman sayuran. Gejala pertama
terlihat pada daun yang muda dimulai dengan khlorosis diantara tulang-tulang
daun diikuti dengan berkurangnya laju pertumbuhan tunas dan dapat memberikan
gejala roset untuk beberapa tanaman.
Gejala yang umum terjadi pada
tanaman adalah :
1. Timbulnya daerah-daerah berwarna hijau
muda, kuning, atau putih diantara tulang-tulang daun terutama daun-daun yang
tua di bagian bawah.
2. Jaringan-jaringan pada daerah tersebut di
atas mati.
3. Ruas-ruas tanaman/ batang memendek
sehingga daun-daunnya memberikan bentuk roset.
4. Daun-daun menjadi kecl, sempit dan agak
tebal. Bentuknya seringkali tidak sempurna.
5. Daun-daun lebih cepat gugur.
6. Pertumbuhan tertekan.
7. Bentuk buah seringkali tidak sempurna dan
kecil atau tidak berbuah sama sekali.
Seperti halnya dengan unsur
hara mikro yang lain, seng dalam kadar yang relatif kecil dapat bersifat racun
bagi tanaman. Kesetimbangan konsentrasinya di dalam tanaman dengan konsentrasi
logam-logam berat yang lain adalah lebih penting daripada konsentraso absolutnya.
Kekurangan Zn biasanya timbul pada tanah-tanah berkapur atau tanah-tanah yang
diberi perlakuan P berat.
Fungsi Zn dalam tanaman
meliputi (1) metabilisme auxin (meliputi sintesa tryptofan dan metabolisme
tryptamin, (2) dehydrogenase enzym, (3) fosfodiesterase, (4) carbonic
anhydrase, (5) superoksida dismutase, (6) mendorong pembentukkan cytochrome,
dan (7) menstabilkan fraksi ribosom.
Molibdenum (Mo)
Kadar normal dalam bahan
kering tanaman adalah kurang dari 1 ppm, tetapi kurang dari 0.2 ppm tanaman akan
kekurangan Mo. Tetapi dalam kasus-kasus ekstrim kadar Mo dalam tanaman dapat
mencapai 1000-2000 ppm. Kadar Mo dalam nodule kacang-kacangan dapat mencapai 10
kali kadarnya dalam daun.
Peranan Mo sebagai unsur
essensiil baru saja ditetapkan dibandingkan dengan unsur-unsur lain. Mo mungkin
sekali diambil tanaman dalam bentuk MoO42-. Dibutuhkan
dalam jumlah yang sangat kecil, dan kelebihan sedikit saja dapat bersifat racun
bagi ternak yang memakan bahan hijauan hasil perlakuan Mo. Kesulitan-kesulitan
dalam pelaksanaan pemupukan Mo terutama disebabkan karena jumlah yang terlalu
kecil. Di Australia biasanya hanya dicampur 24 oz oksida Molibdat dengan 2240
lb superfosfat. Untuk mendapatkan suatu campuran yang meratapun merupakan suatu
masalah.
Gejala defisiensinya banyak
dikemukakan pada berbagai tanaman dan biasanya dimulai dengan gejala chlorosis
diantara tulang-tulang daun. Pada tanaman polong-polongan daun-daun biasanya
menjadi kuning pucat dan pertumbuhannya tertekan. Gejala ini juga merupakan
ciri khas dari kekurangan nitrogen. Hal ini disebabkan karena Mo dibutuhkan
oleh Rhizobium untuk fiksasi N. Mo juga dibutuhkan oleh tanaman-tanaman bukan
polong-polongan, untuk reduksi nitrat.
Kekurangan Mo akan menggangu
fiksasi nitrogen, asimilasi nitrogen dan reduksi nitrat yang berarti mengganggu
sintesa asam-asam amino dan protein. Mo
juga mempengaruhi akumulasi nitrat dan menekan aktivitas oksidase asam askorbat
dan merupakan aktivator bagi enzym reduksi nitrat dan oksidase xanthine.
Chlor (Cl)
Kadar Cl dalam tanaman
biasanya berkisar antara 0.2 – 2 %, tetapi kadar 10% tidak biasa ditemukan.
Chlor diabsorpsi tanaman dalam bentuk Cl- dan baru saja ditetapkan
sebagai unsur essensiil (pertengan 1950). Brom dalam konsentrasi yang agak
tinggi dapat mengganti sebagian fungsi dari chlorseperti halnya antara natrium
dengan kalium.
Hingga saat ini kekurangan
chlor terbanyak dikenal dalam penelitian dengan kultur hara di rumah kaca.
Tetapi beberapa tanaman dilapangan menunjukkan respons terhadap unsur ini,
seperti tembakau, tomat, lobak, kol, bit, gandum, jagung, kentang, kapas,
carrots dan erces.
Chlor dalam jumlah yang
berlebihan dapat merusak tanaman seperti pada tembakau dan kentang. Untuk kedua
specien ini, daun-daun menebal dan cenderung menggulung. Dalam keadaan yang
berlebihan ini, maka kwalitas penyimpanan dari kentang dan kwalitas bakar dari
tembakau akan berkurang.
Gejala defisiensi chlor sukar
dikenal. Dikatakan bahwa tanaman yang kekuranagn chlor memperlihatkan warna
daun seperti perung. Pada percobaan dengan kultur hara di rumah kaca,
kekurangan chlor menekan perkembangan akar. Pengetahuan tentang fungsi chlor
dalam nutrisi tanaman relatif belum ada. Cl belum ditemukan dalam hasil
metabolisme sehingga peranannya diduga erat kaitannya dengan tekanan osmotik
cairan sel, dan kemungkinan dalam hubungan dengan peranan netralisasi dari
kation yang berdampak pada proses-proses biokimia dan biofisik. Cl juga dapat
menjadi counter ion pada saat kadar K+ meningkat, jadi dengan
demikian menjaga turgar daun dan bagian tanaman yang lain. Cl juga ternyata
berperan dalam evolusi O2 pada photosystem II dalam proses
photosintesa. Serapan NO3- dan SO4=
dapat berkurang karena bersaing dengan Cl-.
Cobalt (Co)
Belum diketahui apakag cobalt
dibutuhkan oleh tanaman tingkat tinggi walaupun telah ditemukan beberapa
pengaruh dari unsur ini terhadap jenis leguminosao. Cobalt dibutuhkan oleh
rhizobium untuk fiksasi nitrogen sehingga bertitik tolak dari produksi
polong-polongan secara biasa, maka unsur ini dinilai essensiil. Cobalt penting untuk
rhisobium karena ia merupakan pembentuk vitamin B12 (cyanicibalamine), yang
sangat penting untuk pembentukkan heamoglobin dan diperlukan untuk fiksasi
nitrogen.
Penelitian-penelitian tentang
peranan Co terhadap ektivitas rhizobium menunjukkan bahwa rhizobium yang
diinokulasi pada tanaman legume dengan media bebas cobalt, tidak tumbuh.
Percobaannya sulit karena konsentrasi yang dipakai terlalu kecil, berkisar
antara 0.1 – 1.0 ppb (part per billion : 1 billion = 1.000.000.000) sesuai
dengan kebutuhan organisme-organisme ini.
Peneliti-peneliti Rusia
akhir-akhir ini mendapatkan bahwa cobalt dapat memperbaiki pertumbuhan,
transpirasi dan photosintesa dan pada kacang-kacangan dan mustard, kadar
chlorophyl dalam daun baik. Selanjutnya dikemukakan bahwa kadar air dan
aktivitas katalase dalam daun bertambah, sedangkan konsentrasi cairan sel
berkurang karena perlakuan cobalt.
Peranan cobalt selain dalam
sinthesa vitamin B12, belum diketahu. Tetapi ada percobaan yang menunjukkan
bahwa kemungkinan cobalt merupakan salah satu dari logam-logam yang
mengaktifkan enzym-enzym arginase, lecithinase, exalacetic decarboxylase dan
enzem malat, tetapi ia tidal mempunyai fungsi khusus.
Vanadium (V)
Vanadium merupakan unsur yang
essensiil bagi ganggang hijau, scenedesmus, tetapi untuk tanaman tingkat tinggi
belum terbukti. Vanadium dapat mengganti molybden sampai batas-batas tertentu
dalam butriso azotobakter. Beberapa peneliti mengemukakan pendapat tentang
peranan V pada rhizcbium, tetapi belum diterima secara umum. Hubungan unsur ini
dengan nutrisi tanaman sama sekali belum diketahui.
Natrium (Na)
Kadar dalam tanaman dapat
berkisar dari 0.1 – ± 10 % dalam daun kering. Natrium diabsorpsi dalam bentuk
Na+. Secara umum natrium belum diakui sebagai unsur esensiil, tetapi
essensiil bagi tanaman-tanaman dari golongan C4. tetapi hasil-hasil
percobaan menunjukkan bahwa unsur ini essensiil untuk tanaman bit dan bukan
sekedar sebagai pengganti peranan kalium. Telah lama diketahui bahwa
pertumbuhan beberapa tanaman distimulir oleh perlakuan natrium dan terutama
terjadi pada tanah-tanah yang kekurangan kalium. Ada beberapa tempat di
Indonesia dimana petani memupuk pohon kelapanya dengan garam dapur.
Natrium mempengaruhi
pengikatan air oleh tanaman dan menyebabkan tanaman itu tahan kekeringan. Pada
tanah-tanah dengan kadar natrium rendah, daun-daun tenaman bit menjadi hijau
tua dan tipis. Tanaman cepat menjadi layu. Gejala nekrotik diantara tulang daun
dapat juga terjadi seperti kalium.
Peranan kalium dalam proses
fisiologi belum banyak diketahui, tetapi beberapa yang telah diketahui adalah
(1) dalam akumulasi asam eksalat, (2) peran bersama dengan K, (3) dalam
pembukaan stomata, dan (4) mengatur reduktase nitrat.
Silikon (Si)
Dalam tanah terutama terdapat
bentuk Si(OH)4 dan diduga tanaman menyerap dalam bentuk ini.
Essensialitas dari Si untuk pertumbuhan tanaman tingkat tinggi merupakan
pertanyaan yang hangat. Akhir-akhir ini telah ditetapkan bahwa Si essensiil
bagi padi, tebu dan rumput disamping beberapa tanaman lain seperti gandum,
ketimun, desmondium clover, lettuce, dll. Pentingnya Si bagi ganggang telah
lama diketahui tetapi akhir-akhir ini peneliti-peneliti Jepang dalam percobaan
dengan kultur hara menemukan bahwa pada tanaman padi silikon dapat menambah
tinggi tanaman, jumlah batang, berat basah, dan berat kering tanaman. Apabila
pada masa reproduksi pemberian Si dihentikan maka jumlah butir tiap malai dan
persentase biji yang masa berkurang. Diduga mungkin Si juga essensiil untuk
beberapa tanaman lain seperti ketimun dan gandum.
Fungsi Si dalam proses
metabolisme dan fisiologi tanaman belum ditemukan. Namun Si nampaknya berperan
dalam menjaga agar daun-daun tidak terkulai sehingga meningkatkan photosintesa,
meningkatkan resistensi terhadap hama, dan meningkatkan daya oksidasi akar
sehingga tanaman padi lebih toleran terhadap kadar Fe dan Mn yang tinggi.
10 Mei 2012
Cara Pemilihan BIOINDIKATOR Tanah
Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang
keberadaannya atau perilakunya di alam berhubungan dengan kondisi lingkungan,
apabila terjadi perubahan kualitas air maka akan berpengaruh terhadap
keberadaaan dan perilaku organisme tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai
penunjuk kualitas lingkungan. Organisme sebagai bioindikator kesehatan tanah
bersifat sensitif terhadap perubahan, mempunyai respon spesifik, dan ditemukan
melimpah di dalam tanah (Primack, 1998 dalam Arianto, 2010). Jenis-jenis
bioindikator adalah sebagai berikut :
- Mikroflora sebagai bioindikator tanah terdiri atas bakteri, fungi, dan alga. Mikroflora berperan penting dalam dekomposisi atau transformasi bahan organik.
- Mikrofauna sebagai bioindikator kesehatan tanah terdiri atas protozoa, nematoda, small size collembola dan mites. Mikrofauna ini berperan penting sebagai dekomposer bahan organik, mineralisasi nutrien, regulasi mikroflora termasuk patogen, dan dekomposisi agrokemikal. Jumlah keanekaragaman mikrofauna di dalam tanah dipengaruhi oleh pengolahan tanah, pemupukan, pH dan salinitas tanah serta pestisida. Populasi mikrofauna juga dipengaruhi oleh logam berat, limbah, polutan industri, dll sehingga keberadaan mikrofauna dapat dijadikan indikator adanya polutan tanah.
- Makrofauna adalah invertebrata yang berukuran >2 mm. Makrofauna sangat berperan dalam bioindikator kesehatan. Peran makrofauna di dalam tanah antara lain adalah memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aerasi dan draenase, dekomposisi sampah, dll. Makrofauna yang berada di dalam tanah dikelompokkan kedalam beberapa ordo, yaitu Isopoda, Arachnida, Orthoptera, Coleoptera, Hymenoptera, Diptera, dan Makrofauna lain (Gasteropoda, Blattidae, Acarida, Homoptera dan Hemiptera, Lepidoptera, Diptera, Chilopoda, dan Embioptera).
Karakteristik Bioindikator
Bioindikator kesehatan
tanah harus memiliki karakteristik dalam meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan tanah. Karakteristik bioindikator kesehatan tanah antara lain :
·
Mempunyai peran penting di dalam tanah.
·
Memiliki daya tahan tinggi terhadap toksisitas akut maupun
toksisitas kronis.
·
Populasinya stabil.
·
Relatif mudah dikenali di alam.
Proses Bioindikator
di dalam Tanah
Bahan organik tanaman
merupakan sumber energi utama bagi kehidupan biota tanah, khususnya makrofauna
tanah, sehingga jenis dan komposisi bahan organik tanaman menentukan
kepadatannya. Bahan organik dirombak oleh mikroba tanah. Bahan organik tanaman
akan mempengaruhi tata udara pada tanah dengan adanya jumlah pori tanah karena
aktivitas biota tanah. Oleh aktivitas biota tanah, bahan organik tanaman
dirombak menjadi mineral dan sebagian tersimpan sebagai bahan organik tanah.
Bahan organik tanah sangat berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah,
meningkatkan aktivitas biologi tanah dan meningkatkan ketersediaan hara bagi
tanaman (Arianto, 2010).
Alga merupakan salah satu
mikroflora yang dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator logam berat karena
dalam proses pertumbuhannya, alga membutuhkan sebagai jenis logam sebagai
nutrien alami, sedangkan ketersediaan logam dilingkungan sangat bervariasi.
Suatu lingkungan yang memiliki tingkat kandungan logam berat yang melebihi
jumlah yang diperlukan, dapat mengakibatkan pertumbuhan alga terhambat,
sehingga dalam keadaan ini eksistensi logam dalam lingkungan adalah polutan
bagi alga (Bachtiar, 2007).
Pengaruh Bioindikator terhadap Kualitas Tanah
Keberlanjutan produksi
pertanian membutuhkan pemeliharaan kualitas tanah. Istilah kualitas tanah (soil
quality) yang diaplikasikan pada ekosistem menunjukkan kemampuan tanah untuk
mendukung secara terus menerus pertumbuhan tanaman pada kualitas lingkungan yang
terjaga (Magdoff, 2001). Menurut The Soil Science Society of America, yang
dimaksud dengan kualitas tanah adalah kapasitas suatu jenis tanah yang spesifik
untuk berfungsi di alam atau dalam batas ekosistem terkelola, untuk mendukung
produktivitas biologi, memelihara kualitas lingkungan dan mendorong kesehatan
hewan dan tumbuhan (Herrick,2000)
Untuk aplikasi di bidang
pertanian, yang dimaksud kualitas tanah adalah kemampuan tanah untuk berfungsi
dalam batas-batas ekosistem yang sesuai untuk produktivitas biologis, mampu
memelihara kualitas lingkungan dan mendorong tanaman dan hewan menjadi sehat
(Magdoff, 2001). Secara lebih terinci kualitas tanah didefinisikan sebagai
kecocokan sifat fisik, kimia, dan biologi yang bersamasama: (1) menyediakan
suatu media untuk pertumbuhan tanaman dan aktivitas biologi; (2) mengatur dan
memilah aliran air dan penyimpanan di lingkungan; serta (3) berperan sebagai
suatu penyangga lingkungan dalam pembentukan dan pengrusakan senyawa-senyawa
yang meracuni lingkungan. Untuk mengekspresikan kualitas tanah, berbagai
indikator yang berbeda telah digunakan baik yang bersifat statis seperti
kerapatan ruang (bulk density), porositas, dan kandungan bahan organik; ataupun
yang bersifat dinamis dengan menggunakan model simulasi. Kerapatan ruang atau
porositas bukan kriteria yang dapat dipercaya untuk membedakan pengaruh
penggunaan lahan yang berbeda dalam jangka panjang, tetapi bahan organik tanah
merupakan parameter yang relatif stabil yang menggambarkan pengaruh pengelolaan
dan tipe tanaman pada periode yang cukup lama (Pulleman et al., 2000).
Komunitas organisme tanah selain berperan penting dalam proses ekologi, seperti
siklus hara juga respon terhadap gangguan pada lingkungan tanah seperti kontaminasi
terhadap logam berat dan pestisida. Singkatnya sistem biologi sangat sensitif
terhadap degradasi yang baru terjadi sekalipun, sehingga perubahan status
biologi dari sistem tersebut dapat menjadi peringatan dini atas kemunduran
lingkungan (Pankhurst, Doube, dan Gupta, 1997). Bioindikasi didefinisikan
sebagai penggunaan suatu organisme baik sebagai bagian dari suatu individu
suatu kelompok organisme untuk mendapatkan informasi terhadap kualitas seluruh
atau sebagian dari lingkungannya (Hornby dan Bateman, 1997). Menurut Doran dan
Zeiss (2000), tedapat lima kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu indikator
termasuk bioindikator untuk dapat menilai kualitas tanah, yaitu: (1) sensitif
terhadap variasi pengelolaan; (2) berkorelasi baik dengan fungsi tanah yang
menguntungkan; (3) dapat digunakan dalam menguraikan proses-proses di dalam
ekosistem; (4) dapat dipahami dan berguna untuk pengelolaan lahan; serta (5)
mudah diukur dan tidak mahal.
Perbandingan Keefektifan Organisme Flora dan Fauna sebagai
Bioindikator Tanah
Lingkungan tanah
merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan antara lingkungan abiotik dan
lingkungan biotik. Gabungan dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu
wilayah yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi beberapa jenis makhluk
hidup, salah satunya adalah mesofauna tanah. Tanah dapat didefinisikan sebagai
medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan
organik, dan organisme hidup. Bagi ekosistem darat, tanah merupakan titik
pemasukan sebagian besar bahan ke dalam tumbuhan. Melalui akar-akarnya tumbuhan
menyerap air, nitrat, fosfat, sulfat, kalium, tembaga, seng dan mineral
esensial lainnya. Dengan semua ini, tumbuhan mengubah karbon dioksida
(dimasukkan melalui daun) menjadi protein, karbohidrat, lemak, asam nukleat dan
vitamin yang dari semuanya itu tumbuhan dan semua heterotrof bergantung.
Bersamaan dengan suhu dan air, tanah merupakan penentu utama dalam
produktivitas bumi (Kimball,
1999).
Fauna tanah merupakan
salah satu komponen tanah. Kehidupan fauna tanah sangat tergantung
pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna
tanah di suatu daerah sangat ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Dengan
perkataan lain keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di
suatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik
dan lingkungan abiotik. Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah, oleh
karena itu dalam mempelajari ekologi fauna tanah faktor fisika-kimia tanah
selalu diukur (Suin, 1997). Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah
yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah., dengan
demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah.
Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat
tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam
satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada
keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah (Suin, 1997). Menurut
Wallwork (1970), besarnya perubahan gelombang suhu di lapisan yang jauh dari
tanah berhubungan dengan jumlah radiasi sinar matahari yang jatuh pada
permukaan tanah. Besarnya radiasi yang terintersepsi sebelum sampai pada
permukaan tanah, tergantung pada vegetasi yang ada di atas permukaannya.
Pengukuran pH tanah juga
sangat diperlukan dalam melakukan penelitian mengenai fauna tanah. Suin (1997),
menyebutkan bahwa ada fauna tanah yang hidup pada tanah yang pH-nya asam dan
ada pula yang senang hidup pada tanah yang memiliki pH basa. Untuk jenis Collembola
yang memilih hidup pada tanah yang asam disebut dengan Collembola golongan
asidofil, yang memilih hidup pada tanah yang basa disebut dengan Collembola
golongan kalsinofil, sedangkan yang dapat hidup pada tanah asam dan basa
disebut Collembola golongan indifferen. Metode yang digunakan pada pengukuran
pH tanah ada dua macam, yaitu secara calorimeter dan pH meter. Keadaan iklim
daerah dan berbagai tanaman yang tumbuh pada tanahnya serta berlimpahnya
mikroorganisme yang mendiami suatu daerah sangat mempengaruhi keanekaragaman
relatif populasi mikroorganisme. Faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh
terhadap keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme adalah reaksi yang
berlangsung di dalam tanah, kadar kelembaban serta kondisi-kondisi serasi
(Sutedjo dkk., 1996).
Fauna Tanah
Fauna tanah adalah fauna
yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang terdapat di
dalam tanah (Suin,1997). Beberapa fauna tanah, seperti herbivora, sebenarnya
memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas akarnya, tetapi juga hidup dari
tumbuh-tumbuhan yang sudah mati. Jika telah mengalami kematian, fauna-fauna
tersebut memberikan masukan bagi tumbuhan yang masih hidup, meskipun adapula
sebagai kehidupan fauna yang lain. Fauna tanah merupakan salah satu kelompok
heterotrof (makhluk hidup di luar tumbuh-tumbuhan dan bakteria yang hidupnya
tergantung dari tersedianya makhluk hidup produsen) utama di dalam tanah.
Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila tidak
ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Keberadaan mesofauna tanah dalam
tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan
hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan
dengan aliran siklus karbon dalam tanah.
Dengan ketersediaan
energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas
mesofauna tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan
dampak positif bagi kesuburan tanah. Dalam sistem tanah, interaksi biota tanah
tampaknya sulit dihindarkan karena biota tanah banyak terlibat dalam suatu
jaring-jaring makanan dalam tanah (Arief, 2001). Burges dan Raw
(1967) dalam Rahmawaty (2000), menjelaskan bahwa secara garis besar proses
perombakan berlangsung sebagai berikut : pertama-tama perombak yang besar atau
makrofauna meremah-remah substansi habitat yang telah mati, kemudian materi ini
akan melalui usus dan akhirnya menghasilkan butiran-butiran feses.
Butiran-butiran tersebut dapat dimakan oleh oleh mesofauna dan atau makrofauna
pemakan kotoran seperti cacing tanah yang hasil akhirnya akan dikeluarkan dalam
bentuk feses pula. Materi terakhir ini akan dirombak oleh mokroorganisme
terutama bakteri untuk diuraikan lebih lanjut.
Selain dengan cara
tersebut, feses juga dapat juga dikonsumsi lebih dahulu oleh mikrofauna dengan
bantuan enzim spesifik yang terdapat dalam saluran pencernaannya. Penguraian
akan menjadi lebih sempurna apabila hasil ekskresi fauna ini dihancurkan dan
diuraikan lebih lanjut oleh mikroorganisme terutama bakteri hingga sampai pada
proses mineralisasi. Melalui proses tersebut, mikroorganisme yang telah mati
akan menghasilkan garam-garam mineral yang akan digunakan oleh tumbuh-tumbuhan
lagi. Dengan melihat proses aliran energi yang dikemukakan oleh Burges and Raw
(1967) dalam Rahmawaty (2000), dapat dikatakan bahwa tanpa adanya keberadaan
mesofauna tanah, proses perombakan materi (dekomposisi) tidak akan dapat
berjalan dengan baik.
Peranan Fauna Tanah
Organisme-organisme yang
berkedudukan di dalam tanah sanggup mengadakan perubahan-perubahan besar di
dalam tanah, terutama dalam lapisan atas (top soil), di mana terdapat akar-akar
tanaman dan perolehan bahan makanan yang mudah. Akar-akar tanaman yang mati
dengan cepat dapat dibusukkan oleh fungi, bakteria dan golongan-golongan
organisme lainnya (Sutedjo dkk., 1996). Serangga pemakan bahan organik yang mambusuk,
membantu merubah zat-zat yang membusuk menjadi zat-zat yang lebih sederhana.
Banyak jenis serangga yang meluangkan sebagian atau seluruh hidup mereka di
dalam tanah. Tanah tersebut memberikan serangga suatu pemukiman atau sarang,
pertahanan dan seringkali makanan. Tanah tersebut diterobos sedemikian rupa
sehingga tanah menjadi lebih mengandung udara, tanah juga dapat diperkaya oleh
hasil ekskresi dan tubuh-tubuh serangga yang mati. Serangga tanah memperbaiki
sifat fisik tanah dan menambah kandungan bahan organiknya (Borror dkk., 1992).
Wallwork (1976), menegaskan bahwa serangga tanah juga berfungsi sebagai
perombak material tanaman dan penghancur kayu. Szujecki (1987) dalam Rahmawaty
(2000), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan serangga
tanah di hutan, adalah: 1) struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan
penetrasi; 2) kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap
perkembangan dalam daur hidup; 3) suhu tanah mempengaruhi peletakan telur; 4)
cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya. Suhardjono (2000), menyebutkan
pada sebagian besar populasi Collembola tertentu, merupakan pemakan mikoriza
akar yang dapat merangsang pertumbuhan simbion dan meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Di samping itu, Collembola juga dapat berfungsi menurunkan kemungkinan
timbulnya penyakit yang disebabkan oleh jamur. Collembola juga dapat dijadikan
sebagai indikator terhadap dampak penggunaan herbisida. Pada tanah yang
tercemar oleh herbisida jumlah Collembola yang ada jauh lebih sedikit
dibandingkan pada lahan yang tidak tercemar.
Fungsi Tanaman sebagai Bioindikator Kesehatan Tanah
Tanaman yang tumbuh pada
suatu lahan dapat mencirikan kondisi dari suatu lahan tersebut apakah mempunyai
kualitas sifat tanah yang baik atau tidak. Tanaman yang perkembangannya
baik dapat tumbuh dengan optimal dan menghasilkan produksi tinggi sesuai
dengan yang diharapkan. Akan tetapi bila tanaman ditanam pada lahan yang
terdegradasi maka biasanya pertumbuhan tanaman tidak optimal dan terhambat
sehingga menghasilkan produktivitas yang rendah dan apabila pada tingkat
yang lebih lanjut akan mati. Sebagai bioindikator pada kualitas tanah
pada suatu lahan. Tanaman mempunyai bebrapa fungsi yaitu:
1. Dapat
mengidentifikasi kekahatan unsur hara tanah melalui pertumbuhannya yang tidak
optimal, misalnya melalui warna daun.
2. Dapat
mengetahui tingkat kesuburan tanah berdasarkan pertumbuhan tanaman.
3. Produktivitas
yang dihasilkan dapat menunjukkan kondisi suatu lahan bermasalah atau tidak
(mengetahui kualitas tanah).
Hambatan Tanaman sebagai Bioindikator Kesehatan Tanah
Bagaimanapun terdapat
hambatan dalam mengidentifikasi tanah terdegradasi bila hanya menggunakan
faktor tanaman saja sebagai indikator. Hal ini disebabkan:
1. Tanaman mempunyai tingkat sensitivitas yang berbeda-beda terhadap
perubahan sifat kualitas tanah. Ada tanaman yang cepat terpengaruh terhadap
sifat tanah, dan ada juga yang tidak terpengaruh oleh perubahan sifat kualitas
tanah.
2. Sering tidak menunjukkan adanya gangguan secara vegetatif.
Terkadang tanaman pada tanah terdegradasi mempunyai fase vegetatif yang bagus
tetapi tidak menghasilkan pada fase generatif.
3.
Faktor pendukung tanaman berbeda-beda. Tanaman dapat tumbuh dan
berproduksi bagus tidak hanya dari faktor tanahnya tetapi terdapat faktorfaktor
lain yaitu: varietas yang digunakan, penambahan bahan organik, penambahan pupuk,
iklim, pengendalian PHT, dan kesesuaian lahan.
Langganan:
Postingan (Atom)